Senin, 21 November 2016

Sejarah Gunung Agung, Bali

Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali. Gunung berapi ini mulanya memiliki ketinggian sekitar 3.142 meter di atas pemukaan laut (dpl), namun setelah meletus pada tahun 1963 diperkirakan ketinggiannya turun menjadi 2.920—3.014 meter dpl. Saat ini, puncak tertinggi Gunung Agung terletak di bagian barat daya, tepat di atas Pura Besakih.



Gunung Agung merupakan sebuah gunung vulkanik tipe monoconic strato yang tingginya mencapai sekitar 3.142 meter di atas permukaan laut. Gunung tertinggi di Bali ini termasuk muda dan terakhir meletus pada tahun 1963 setelah mengalami tidur panjang selama 120 tahun.

Sejarah aktivitas Gunung berapi Agung memang tidak terlalu banyak diketahui. Catatan sejarah mengenai letusan gunung ini mulai muncul pada tahun 1808. Ketika itu letusan disertai dengan uap dan abu vulkanik terjadi. Aktivitas gunung ini berlanjut pada tahun 1821, namun tidak ada catatan mengenai hal tersebut. Pada tahun 1843, Gunung Agung meletus kembali yang didahului dengan sejumlah gempa bumi. Letusan ini juga menghasilkan abu vulkanik, pasir, dan batu apung.

Sejak 120 tahun tersebut, baru pada tahun 1963 Gunung Agung meletus kembali dan menghasilkan akibat yang sangat merusak. Berdasarkan buku yang dikarang Kusumadinata pada tahun 1979 gempa bumi sebelum letusan gunung berapi yang saat ini masih aktif tersebut terjadi pada 16-18 Februari 1963. Gempa tersebut dirasakan dan didengar oleh masyarakat yang hidup di sekitar Gunung Agung.

Letusan Gunung Agung yang diketahui sebanyak 4 kali sejak tahun 1800, diantaranya : Di tahun 1808 ; Dalam tahun ini dilontarkan abu dan batu apung dengan jumlah luar biasa. 1821 Terjadi letusan normal, selanjutnya tidak ada keterangan. Tahun 1843 Letusan didahului oleh gempa bumi.  Material yang dimuntahkan yaitu abu, pasir, dan batu apung. 

Selanjutnya dalam tahun 1908, 1915, dan 1917 di berbagai tempat di dasar kawah dan pematangnya tampak tembusan fumarola. 1963 Letusan dimulai tanggal 18 Pebruari 1963 dan berakhir pada tanggal 27 Januari 1964.  Letusan bersifat magnatis. Korban tercatat 1.148 orang meninggal dan 296 orang luka.

Karakter Letusan
Pola dan sebaran hasil letusan lampau sebelum tahun 1808, 1821, 1843, dan 1963 menunjukkan tipe letusan yang hampir sama, diantaranya adalah bersifat eksplosif  (letusan, dengan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik dan abu), dan efusif berupa aliran awan panas, dan aliran lava (Sutukno B., 1996).

Periode Letusan
Dari 4 kejadian letusan masa lampau, periode istirahat Gunung Agung dapat diketahui yakni terpendek 16 tahun dan terpanjang 120 tahun.

Letusan 1963 ; Kronologi Letusan tahun 1963.
Lama letusan Gunung Agung tahun 1963 berlangsung hampir 1 tahun, yaitu dari pertengahan Pebruari 1963 sampai dengan 26 Januari 1964, dengan kronologinya sebagai berikut : .

16 Pebruari 1963 : Terasa gempa bumi ringan oleh penghuni beberapa Kampung Yehkori (lebih kurang 928 m dari muka laut) di lereng selatan, kira-kira 6 kilometer dari puncak Gunung Agung. 

17 Pebruari 1963 : Terasa gempa bumi di Kampung Kubu di pantai timur laut kaki gunung pada jarak lebih kurang 11 km dari lubang kepundannya.
18 Pebruari 1963 : Kira-kira pukul 23.00 di pantai utara terdengar suara gemuruh dalam tanah.

19 Pebruari 1963 : Pukul 01.00 terlihat gumpalan asap dan bau gas belerang. Pukul 03.00 terlihat awan yang menghembus dari kepundan,makin hebat bergumpal-gumpal dan dua jam kemudian mulai terdengar dentuman yang nyaring untuk pertama kalinya. Suara yang lama bergema ini kemudian disusul oleh semburan batu sebesar kepalan tangan dan diakhiri oleh sembuaran asap berwarna kelabu kehitam-hitaman . Sebuah bom dari jauh tampak sebesar buah kelapa terpisah dari yang lainnya dan dilontarkan lewat puncak ke arah Besakih. Penghuni Desa Sebudi dan Nangka di lereng selatan mulai mengungsi, terutama tidak tahan hawa sekitarnya yang mulai panas dan berbau belerang itu. Di sekitar Lebih, udara diliputi kabut, sedangabu mulai turun.

Air di sungai mulai turun. Air di sungai telah berwarna coklat dan kental membawa batu dengan suara gemuruh, tanda lahar hujan permulaan. Penghuninya tetap tenang dan melakukan persembahyangan. Pukul 10.00 terdengar lagi suara letusan dan asap makin tebal. Pandangan ke arah gunung terhalang kabut, sedang hujan lumpur mulai turun di sekitar lerengnya.

Di malam hari terlihat gerakan api pada mulut kawah, sedangkan kilat sambung-menyambung di atas puncaknya.

20 Pebruari 1963 : Gunung tetap menunjukkan gerakan berapi. 06.30 terdengar suara letusan & terlihat lemparan bom lebih besar. 07.30 penduduk Kubu mulai panik, banyak diantara mereka mengungsi ke Tianyar, sedangkan penghuni dari lereng selatan pindah ke Bebandem dan Selat.

21 Pebruari 1963 : Asap masih tetap tebal mengepul dari kawah.
22 Pebruari 1963 : Kegiatan terus menerus berupa letusan asap serta loncatan api dan suara gemuruh.
23 Pebruari 1963 : Pukul 08.30 sekitar Besakih, Rendang dan Selat dihujani batu kecil serta tajam,
                            pasir serta abu.

24 Pebruari 1963 : Hujan lumpur lebat turun di Besakih mengakibatkan beberapa bangunan Eka Dasa Rudra roboh. Penduduk Temukus mengungsi ke Besakih. Awan panas letusan turun lewat Tukad Daya hingga di Blong.

25 Pebruari 1963 : Pukul 15.15 awan panas turun di sebelah timurlaut lewat Tukad Barak dan Daya. Lahar hujan di Tukad Daya menyebabkan hubungan antara Kubu dan Tianyar terputus. Desa Bantas-Siligading dilanda awan panas mengakibatkan 10 orang korban. Lahar hujan melanda 9 buah rumah di Desa Ban , korban 8 orang.

26 Pebruari 1963 : Lava di utara tetap meleler. Lahar hujan mengalir hingga di Desa Sogra, Sangkan Kuasa. Asap tampak meningkat dan penduduk Desa Sogra, Sangkan Kuasa, Badegdukuh dan Badegtengah mengungsi ke selatan.

Di Lebih hujan yang agak kental dan gatal turun. Lahar terjadi di sekitar Sidemen. Juga lahar mengalir di utara di Tukad Daya dan Tukad Barak. Pukul 18.15 hujan pasir di Besakih. Pangi diliputi hawa belerang yang tajam sekali. Penduduknya mengungsi ke Babandem. Kemudian kegiatan Gunung Agung ini terus menerus berlangsung, boleh dikatakan setiap hari hujan abu turun, sementara sungai mengalirkan lahar dan lava terus meleler ke utara.

17 Maret 1963 : Merupakan puncak kegiatan. Tinggi awan letusan mencapai klimaksnya pada pk. 05.32. Pada saat itu tampak awan letusannya menurut pengamatan dari Rendang sudah melewati zenith dan keadaan ini berlangsung hingga pukul 13.00. Awan panas turun dan masuk ke Tukad Yehsah, Tukad Langon, Tukad Barak dan Tukad Janga di selatan. Di utara gunung sejak pukul 01.00 suara letusan terdengar rata-rata setiap lima detik sekali. Awan panas turun bergumpal-gumpal menuju Tukad Sakti, Tukad Daya dan sungai lainnya di sebelah utara. Mulai pukul 07.40 lahar hujan terjadi mengepulkan asap putih, dan ini berlangsung hingga pukul 08.10.

Pukul 08.00 turun hujan abu, pada pukul 09.20 turun hujan kerikil, dan sementara itu awan panas pun turun bergelombang.

Pada pukul 11.00 hujan abu makin deras hingga penglihatan sama sekali terhalang.

Pada pukul 12.00 lahar yang berasap putih itu mulai meluap dari tepi Tukad Daya. Baru pukul 12.45 hujan abu reda dan kemudian pukul 15.30 suara letusan pun berkurang untuk selanjutnya hilang sama sekali.  Adapun sungai yang kemasukan awan panas selama puncak kegiatan ini adalah sebanyak lk. 13 buah di lereng selatan dan 7 buah di lereng utara.  Jarak terjauh yang dicapainya adalah lebih kurang 14 kilometer, ialah di Tukad daya di utara. Sebelah barat dan timur gunung bebas awan panas.  Lamanya berlangsung paroksisma pertama ini yakni selama lebih kurang 10 jam yakni dari pukul 05.00 hingga pukul 15.00.

21 Maret 1963 : Kota Subagan, Karangasem terlanda lahar hujan hingga jatuh korban lebih kurang 140 orang.  Setelah letusan dahsyat pada tanggal 17 Maret ini, maka aktivitasnya berkurang, sedang suara gemuruh yang tadinya terus menerus terdengar hilang lenyap. Demikian leleran lava ke utara berhenti pada garis ketinggian 501,64 m dan mencapai jarak lebih kurang 7.290 m dari puncak.

16 Mei 1963 : Paroksisma kedua diawali oleh letusan pendahuluan, mula-mula lemah dan lambat laun bertambah kuat.  Pada sore hari 16 Mei, kegiatan meningkat lagi terus meneru, hingga mencapai puncaknya pada pukul 17.07. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi kira-kira 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13.  Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lebih kurang 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lebih kurang 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga sekitar pukul 21.00. Pada umumnya kekuatan letusan memuncak untuk kedua kali ini tidak sehebat yang pertama. Awan letusannya mencapai tinggi lebih kurang 10.000 m di atas puncak, sedang pada pukul 17.15 hujan lapili mulai turun hingga pukul 21.13.  Sungai yang kemasukan awan panas adalah sebanyak 8 buah, 6 di selatan dan 2 di utara. Jarak paling jauh yang dicapai lk. 12 km yakni di Tukad Luah, kaki selatan. Lamanya berlangsung paroksisma lebih kurang 6 jam, yakni dari pukul 16 hingga sekitar pukul 21.00.

Nopember 1963 : Tinggi asap solfatara/fumarola mencapai lebih kurang 500 m di ats puncak.  Sejak Nopember warna asap letusan adalah putih.
10 Januari 1964 : Tinggi hembusan asap mencapai 1500 m di atas puncak.
26 Januari 1964 : Pukul 06.50 tampak kepulan asap dari puncak Gunung Agung berwarna kelabu dan kemudian pada pukul 07.02, 07.05 dan 07.07 tampak lagi letusan berasap hitam tebal serupa kol kembang, susul menyusul dari tiga buah lubang, mula-mula dari sebelah barat lalu sebelah timur mencapai ketinggian maksimal lebih kurang 4.000 m di atas puncak.  Seluruh pinggir kawah tampak ditutupi oleh awan tersebut. Suara lemah tetapi terang terdengar pula.

27 Januari 1964 : Kegiatan Gunung Agung berhenti
Produk Letusan 1963 Lahar Hujan: Sesuai dengan letak geografi dari Gunung Agung yang bertindak sebagai penangkap hujan angin tenggara yang menghembus, lahar besar dimulai di lereng utara, kemudian di lereng timur menenggara untuk kemudian lambat laun bergeser ke jurusan barat dan mencapai klimaksnya di lereng selatan baratdaya. Lahar besar ke selatan mulai meluas pada ketinggian 500 m antara Rendang dan padangkerta. Kemudian di bawah Tukad Jangga, yakni di Tukad Krekuk dan Jasi, Bugbug dan akhirnya di Tukad Unda.  Mengingat daerah utara terletak dalam bayangan hujan, laharnya bukan bayangan daripada endapan lepas, yang sebenarnya maksimal jatuh di sebelah sini.

Aliran Lava : Lava yang meleler antara 19 Pebruari dan 17 Maret 1963 mengalir dari kawah utama di puncak ke utara, lewat tepi kawah yang paling rendah, berhenti pada garis ketinggian 505,64 m dan mencapai jarak lebih kurang 7.290 m.  Isi lava tersebut ditaksir sebanyak lebih kurang 339,235 juta m3.

Bahan Lepas : Terdiri dari bom gunungapi, lapili, pasir dan abu, baik berasal dari awan panas letusan maupun dari ledakan kawah pusat. Jumlah seluruhnya selama roda kegiatan berlangsung : Eflata (bom, pasir dan abu) lebih kurang 380,5 . 106 m3, Ladu lebih kurang 110,3 . 106 m3.

Awan Panas Gunung Agung : Di Gunung Agung terdapat dua macam awan panas, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi pada waktu ada letusan besar. Pada waktu itu maka bagian bawah dari tiang letusan yang jenuh dengan bahan gunung api melampaui tepi kawah dan meluncur ke bawah. Bergeraknya melalui bagian yang rendah di tepi kawah, ialah lurah dan selanjutnya mengikuti sungai. Kecepatan dari awan letusan ini menurut pengamatan dari Pos Rendang adalah rata-rata 60 km per jam dan di sebelah selatan mencapai jarak paling jauh 13 km, yakni di Tukad Luah dan di sebelah utara 14 km di Tukad Daya.

Menurut Suryo (1964) selanjutnya, awan panas guguran adalah awan panas yang sering meluncur dari bawah puncak (tepi kawah). walaupun tidak ada letusan dapat terjadi awan panas guguran. Dapat pula terjadi apabila terjadi bagian dari aliran lava yang masih panas gugur, seperti terjadi pada waktu lava meleler di lereng utara.

Daerah yang terserang awan panas letusan pada kegiatan 1963 terbatas pada lereng selatan dan utara saja, karena baik di barat maupun di sebelah timur kawah ada sebuah punggung. Kedua punggung ini memanjang dari barat ke timur. Awan panas letusan yang melampaui tepi kawah bagian timur dipecah oleh punggung menjadi dua jurusan ialah timur laut dan tenggara. Demikian awan panas di sebelah barat dipecah oleh punggung barat ke jurusan baratdaya dan utara. Awan panas letusan yang terjadi selama kegiatan 1963 telah melanda tanah seluas lebih kurang 70km2 dan menyebabkan jatuh 863 korban manusia.

Korban Kegiatan Gunung Agung
Menurut Suryo (1965, p.22-26) ada 3 sebab gejala yang menyebabkan jatuh korban selama kegiatan Gunung Agung dalam 1963, yakni akibat awan panas, piroklastika dan lahar. Akibat awan panas meninggal 820 orang, 59 orang luka. Akibat Piroklastika meninggal 820 orang, luka 201 orang.  Akibat lahar meninggal 165 orang, 36 orang luka.

Kehebatan dan Energi : Kusumadinata (1964) telah menghitung energi dan kehebatan letusan Gunung Agung tahun 1963 dengan hasil sebagai berikut : kehebatan di level 4, Volume bahan letusan 0.83 km3, berat jenis 2,3 (d), Energi kalor yang dilepaskan 2,189.1025 erg (Eth), Kesetaraan bom atom : 2605,9 (Ae), Kebesaran letusan 8,99.

Sejarah Gunung Mahameru 3.676 (MDPL)

Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di pulau Jawa, secara geografis letak gunung ini berada di dua wilayah administratif, yaitu wilayah Kab Malang dan Lumajang. Dengan posisi antara 8°06′ LS dan 120°55′ BT.Gunung Semeru memiliki puncak ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Mahameru adalah sebutan untuk puncaknya dan Jonggring Saloko adalah nama kawahnya.
 Gunung Semeru adalah gunung jenis stratovolcano aktiv yang berada didalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Kawasan ini berada dilahan seluas 50.273,3 Hektar. selain keindahan panorama alamnya, taman nasional ini juga kaya akan budaya (suku tengger). Inilah yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan baik lokal maupun mancanegara.

semeru 2 

Tanah tertinggi di pulau Jawa, Ranu Kumbolo, Soe Hok Gie, dan Film 5 cm. mungkin inilah beberapa kata yang terlintas dalam pikiran saat ini ketika kamu mendengar kata “Semeru”. Kata-kata itu seolah memiliki daya magnet tersendiri bagi pendengarnya yang tidak hanya terbatas pada kelompok pencinta alam maupun traveller.
Gunung Semeru memiliki tempat yang khusus bagi umat Hindu dan Budha di Indonesia pada umumnya. karena gunung ini dipersonifikasikan sebagai gunung suci yang berada di India. dalam kosmologi Hindu dan Budha Semeru berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti Sumeru “Meru Agung” adalah pusat alam semesta baik secara fisik maupun metafisik (spiritual). Gunung ini dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para Dewa (Siwa). Gunung ini juga dianggap sebagai “Lingga Acala” lingga yang tidak bergerak sekaligus juga berarti lingga yang bukan diciptakan oleh manusia. Dalam bahasa Jawa Kuno, Acala memang juga diartikan gunung atau karang.. Dalam Teks-teks “Purana” India yang tergolong kitab Upaweda (penjelasan lebih lanjut atas Weda) memang menyebutkan Tuhan Yang Mahatunggal bersemayam di puncak Mahameru, yang dikenal juga dengan nama Gunung Kailasa atau Gunung Himawan.
Legenda Gunung Semeru, dalam kitab Tantu Panggelaran berbahasa Jawa Tengah, dalam bentuk prosa menceritakan, ketika tanah Jawa masih tidak seimbang, belum stabil, Batara Guru menitahkan para Dewa memenggal puncak Gunung Mahameru dari tanah Bharatawarsa (India) untuk dibawa ke Jawa. Titah itu laksanakan para Dewa. Puncak Gunung Mahameru akhirnya dipenggal, kemudian diterbangkan ke tanah Jawa dan Jatuh disisi barat pulau Jawa, tanah Jawa berguncang. Bagian timur Jawa terangkat, sedangkan bagian barat Jawa justru malah tenggelam.
Potongan puncak Gunung Mahameru itu pun dibawa kembali ke arah timur. Sepanjang perjalanan dari barat ke bagian timur tanah Jawa, bagian-bagian puncak Gunung Mahameru itu ada yang berjatuhan. bagian-bagian yang jatuh itu akhirnya tumbuh menjadi enam gunung kecil. masing-masing Gunung Katong (Gunung Lawu, 3.265 mdpl), Gunung Wilis (2.169 mdpl), Gunung Kampud (Gunung Kelud, 1.713 mdpl), Gunung Kawi (2.631 mdpl), Gunung Arjuna (3.339 mdpl), dan Gunung Kemukus (3.156 mdpl)
Begitu sampai dibagian timur ternyata pulau Jawa masih tetap tidak seimbang. Akhirnya para Dewa pun memutuskan untuk memotong bagian puncak gunung Semeru kemudian menjatuhkanya disebelah barat laut, dan potongan ini membentuk gunung baru, yakni Gunung Pawitra, atau yang sekarang akrab kita kenal dengan nama Gunung Pananggungan. Legenda gunung Semeru ini memberikan gambaran terkait penyebaran Hindu paham Siwaistis dari tanah India ke negeri Nusantara yang berpusat di tanah Jawa, dan meninggalkan pengaruh besar terhadap kepercayaan dan kebudayaan suku Tengger hingga saat ini.
selain keindahan panorama alam dan legenda keberadaannya ternyata gunung Semeru memiliki Peninggalan Arkeologi berupa Arca (Arcopodo) dan prasasti kumbolo. Menurut Dwi Cahyono, Dosen, Arkeolog Universitas Negeri Malang dalam tulisan wawancaranya disalah satu website mengatakan, prasasti kumbolo adalah prasasti yang diperkirakan peninggalan dari kerajaan Kediri. sedangkan Arcopodo diperkirakan peningalan jaman kerajaan Majapahit.
Kerajaan masa Hindu – Budha di daerah Jawa Timur dibagi ke dalam tiga periode. Periode pertama adalah kerajaan Kediri yang memerintah sejak abad ke 10M hingga tahun 1222 M. periode kedua masa kerajaan Singosari yang memerintah tahun 1222 M hingga tahun 1293 M. dan periode ketiga masa kerajaan Majapahit yang memerintah dari tahun 1293 M hingga abad ke 6. dapat disimpulkan bahwa kedua peninggalan arkeologi Gunung Semeru adalah peninggalan purbakala yang kaya akan nilai histori dan budaya.

 arcopodo 

Arcopodo sendiri pertama kali ditemukan oleh alm. Norman Edwin dan Herman O Lantang, Mapala Universitas Indonesia tahun 1984. Dua tahun setelahnya, Norman kembali mendatangi dua Arca itu dan menuliskan temuannya di majalah Swara Alam pada tahun 1986. setelah itu Arcapodo tidak diketahui lagi keberadaanya, seolah Arca itu telah menghilang secara misterius dan menjadi mitos dikalangan pendaki. Barulah pada bulan November tahun 2011 Tim Ekspedisi Cincin Api Kompas melakukan penelusuran untuk membuktikaan keberadaan Arca yang dianggap telah menghilang lebih dari 25 tahun itu. Hasilnya, Arcopodo yang dianggap hilang secara misterius itu ternyata tidak pernah hilang. Arca itu tetap berada ditempatnya sama saat almarhum Norman Edwin dan Herman O Lantang menemukanya. Lalu mengapa Arca ini dianggap menghilang selama beberapa tahun? Dan mengapa di Pos Arcopodo yang sekarang pendaki tidak pernah menjumpai Arca ini?
Arca dianggap menghilang setelah di publikasikan keberadaanya di majalah Swara Alam tahun 1986 karena memang tidak ada pendaki lain yang mempublikasikan atau mendokumentasikanya lagi setelah itu. Menurut penduduk sekitar, pada tahun 80an jalur pendakian ke puncak Mahameru memang dirubah ke jalur pendakian (baru) seperti sekarang ini, perubahan jalur itu sangat mungkin dan beralasan. Menurut saya, ada dua alasan utama perubahan jalur tersebut. Pertama, perubahan jalur dilakukan untuk melindungi keberadaan ke dua Arca tersebut dari tangan orang – orang yang tidak bertanggung jawab. Kedua, terjadi kerusakan jalur pada saat itu karena adanya perubahan kondisi alam. Ini dapat dibuktikan dengan sulitnya medan yang ditempuh oleh tim Ekspedisi Cincin Api Kompas dalam tulisanya saat melakukan penulusuran tahun 2011 lalu.
Mengapa ada Arca (Arcopodo) digunung Semeru? Apa makna dari Arcopodo? Secara umum Arca adalah patung yang merupakan bagian dari tempat suci umat Hindu. Patung ini memiliki tempat yang penting. Bahkan jauh sebelum Hindu dan Budha masuk ke Nusantara (Indonesia) saat animisme dan dinamisme masih menjadi kepercayaan suku-suku di Indonesia. Patung itu memiliki peran penting terhadap upacara pemujaan roh – roh nenek moyang. Patung digunakan sebagai wadah penghubung atau tempat menampung roh yang “diundang”. Karena Semeru adalah gunung suci. Maka pantaslah jika ada Arca di gunung ini.
Menurut Pak Dwi Cahyono, sesuai namanya Arcopodo sebenarnya berasal dari kata Arca dan Pada, yang dalam bahasa Jawa yang terpengaruh Sangsekerta, pada artinya tempat. ”Jadi, Arca-Pada adalah Tempat Arca” Pak Dwi pun memberi penjelasan jika salah satu arca itu kemungkinan adalah sosok Bima. Bliau kemudian membandingkan dengan foto Arca Bima di Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu. Badan dan tangannya mirip Bima.
Bima adalah perwujudan tokoh untuk tolak bala Dengan demikian, tempat tersebut merupakan pemujaan yang difungsikan untuk ritual menghalau bencana dari puncak Gunung Semeru yang aktif.
Berbeda dengan Pak Dwi, saya memiliki pandangan lain. bahwa kata Arcopodo berasal dari dua kata gabungan. Yaitu, Arco dan Podo. Arco adalah Arca dan Podo adalah Sama. Dalam bahasa Jawa, pergantian dan penggunaan huruf “o” sebagai “a” sudah umum dan menjadi ciri bahasa Jawa. Jadi dapat disimpulkan bahwa kata Arcopodo memiliki arti “Arca yang Sama” dalam bahasa Jawa. Dan jika diperhatikan foto Arca diatas memang terdapat kesamaan dari segi bentuk, tinggi dan ukuran. Arcopodo adalah dua Arca yang sama?
Lalu apakah benar Arcopodo itu adalah Arca perwujudan sosok Bima? saya juga memiliki pandangan lain yang berbeda dengan Pak Dwi. Menurut saya, Arcopodo adalah Arca prwujudan dari Dewa Kala dan Anukala. Kala dan Anukala ini memiliki kedudukan yang sama dengan Nandicwara dan Mahakala. Jika merujuk pada buku Prof. Soekmono, Candi Fungsi dang Pengertianya, Nandicwara dan Mahakala dalam bagian Candi ditempatkan sebagai Dwarapala, arca penjaga yang terdapat di pintu masuk bagunan Candi. Jadi Arcopodo adalah Arca penjaga namun bukan Arca Bima?
Dalam kitab Tantu Panggelaran yang diperkirakan dibuat abad ke 15 itu memberikan penjelasan penempatan para Dewa dan memberikan keterangan bahwa gunung Mahameru dijaga oleh Gana pada gapura timurnya, oleh Agasti pada gapura selatanya, oleh Gauri pada gapura utaranya dan oleh Kala dan Anakula pada gapura baratnya. (Dr. Pigeaud 1924:96-97) dikutip oleh Prof. Dr. R Soekmono. Dalam bagunan suci Candi, posisi letak Dewa-Dewa ini tidak pakem terhadap arah. Posisi Dewa ini bergantung terhadap arah (kiblat) bagunan Candi tersebut.
Jadi menurut saya Arcopodo di gunung Semeru adalah Arca penjaga gapura, pintu untuk memasuki tempat tersuci (puncak Mahameru). Pandangan saya ini tentunya masih harus ditelaah kembali baik secara kontekstual maupun tekstual oleh para ahli-ahli sejarah dan arkeologi agar didapatkan gambaran jelas tentang sejarah Arca kembar (Arcopodo) yang berada di gunung tertinggi di pulau Jawa, Semeru.
Gunung Semeru, Keindahan, Sejarah, Legenda dan Cerita. Sesuai dengan judul tulisan. dalam bagian ini saya akan menceritakan pengalaman perjalanan yang mungkin bisa memberikan kamu sedikit gambaran jika kamu ingin atau berencana melakukan pendakian ke gunung Semeru. Sebelumnya perlu dicatat Semeru adalah Gunung Suci, jadi jaga setiap omongan, perbuatan, dan kelestarian (sampah) kamu saat mendaki. Alam memiliki cara sendiri untuk merespon perbuatan manusia.


semeru 3 

Gunung Semeru memiliki dua jalur pendakian. Yang pertama adalah jalur Ranu Pane, jalur ini bisa diakses melalui kota Malang. Dan yang kedua adalah jalur Senduro, jalur ini bisa diakses melalui Lumajang. Dari kedua jalur ini, jalur Ranu Pane lah yang paling ramai dan umum digunakan oleh para pendaki. Di Ranu Pane pun terdapat dua jalur pendakian. Yang pertama adalah jalur konvensional dan kedua jalur ayek –ayek.
Ada beberapa pertimbangan utama mengapa kebanyakan pendaki lebih memilih jalur Ranu Pane. Diantaranya, jarak dan kemudahan transportasi ke desa terakhir (pos pendakian). Desa Ranu Pane lebih mudah diakses dibandingkan Lumajang, Senduro. jalur pendakian yang akan ditulis disini adalah jalur pendakian melalui jalur Konvensional Ranu Pane.
Perjalanan dimulai dari Kota Malang yang kemudian dilanjutkan menuju Tumpang. Tumpang berada di kabupaten Malang, jarak dari kota Malang menuju Tumpang kurang lebih 16 km. jika kamu menggunakan Kereta Api kamu bisa berhenti di stasiun akhir “Malang Kota Baru” setelah itu kamu bisa melanjutkan menggunakan angkot ADL, AL atau angkutan lainya yang menuju terminal Arjosari. Perjalanan stasiun ke terminal kurang lebih 15 menit. Dari terminal Arjosari kamu bisa menggunakan angkot berwarna putih dengan tujuan Tumpang TA. jika kamu rombongan, kamu bisa mencarter angkot langsung dari stasiun Malang untuk memudahkan perjalanan langsung menuju Tumpang karena biaya yang dikeluarkan akan lebih murah. Jika kamu menggunakan transportasi udara kamu bisa menggunakan jasa taxi Bandara Abd. Shaleh untuk menuju Tumpang.
Sesampai di terminal Tumpang (pasar), kamu bisa melanjutkan perjalanan ke Desa trakhir (pos pendakian) Ranu Pane dengan menggunakan transportasi khusus Jeep. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Ranu Pane ada baiknya jika kamu mencek ulang kelengkapan, kebutuhan dan persyaratan yang kamu bawa. Bila perlu buatlah cek list untuk mempermudah dan memastikan tidak ada kelengkapan yang tertinggal. Missal, logistik, bahan bakar, obat-obatan, perlengkapan camping dan kebutuhan pribadi lainya. Di Tumpang kamu bisa melengkapi keperluan yang akan kamu butuhkan selama melakukan pendakian.
Tumpang adalah salah satu daerah di Malang yang bersejarah. Karna disini terdapat situs peninggalan Purbakala berupa Candi. Candi – candi ini merupakan peninggalan kerajaan Singosari pada abad ke 12. diantaraya candi Kidal (pendharmaan Raja Anusapati) dan Candi Jago (pendharmaan Raja Winuwardhana). Selain itu Tumpang juga memiliki obyek wisata alam berupa air terjun. Coban Pelangi, Coban Terisula adalah contohnya. Di Tumpang kamu juga bisa menikmaati wisata petik apel di daerah Ponco Kusumo. Apel dari daerah ini terkenal kualitasnya.
 Sebagai catatan. Kamu diwajibkan membawa surat keterangan sehat dari dokter, atau puskesmas. Surat itu digunakan sebagai syarat saat melakukan ijin pendakian di pos pendakian gunung Semeru. Jika kamu lupa membawanya jangan kawatir. Kamu bisa mengurusnya di puskemas Tumpang yang terletak kurang lebih 500 M dari pasar Tumpang.
Jeep yang akan membawa kamu ke pos pendakian selalu stanby di depan Pasar Tumpang, depan Alfamart. Perjalanan Tumpang – Ranu Pane membutuhkan waktu sekitar dua jam perjalanan. dengan kondisi jalan menanjak dan berbelok-belok khas pegunungan. Selama perjalanan kamu akan dimanjakan oleh indahnya pemandangan alam berupa kebun apel, hutan, pertanian dan bukit teletubies gunung Bromo yang terletak di daerah Jemplang dan Bantengan, perbatasan Malang dan Lumajang.

semeru 4 

Sesampainya di Desa Ranu Pane kamu bisa langsung mengurus surat ijin pendakian. Ranu Pane adalah Desa yang berada di ketinggian 2.100 Mdpl. Suku asli Desa Ranu Pane adalah suku Tengger. Ranu Pane berasal dari nama danau yang berada diwilayahnya. Ranu dalam bahasa Indonesia adalah Danau. Selain Ranu Pane. Di Desa ini juga terdapat Ranu Regulo. Di desa Ranu Pane, sekitar pos pendakian terdapat warung-warung yang menjual makanan, tempat persewaan alat-alat perlengkapan camping, dan penginapan (home stay).
Surat ijin pendakian ditangan, berarti kamu sudah bisa memulai perjalanan pendakian. Perlu diketahui estimasi waktu pendakian gunung Semeru bervariasi. Ada yang dua hari satu malam, ada yang tiga hari dua malam dan yang standar pada umunya adalah empat hari tiga malam.
Sebelumnya kamu harus tentukan berapa lama kamu akan melakukan pendakian. Karena ini sangat berpengaruh terhadap barang bawaan dan beban barang yang akan dibawa selama pendakian. Tulisan perjalanan ini akan merujuk kewaktu standart pendakian umum yaitu empat hari tiga malam.
Hari pertama. Tujuan perjalanan adalah Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo berada diketinggian 2.400 dari permukaan laut. Estimasi waktu perjalanan empat sampai lima jam berjalan kaki. Jarak tempuh 10,5 Km. untuk sampai di Ranu Kumbolo kamu akan


semeru 5 

melewati 4 pos. yaitu pos 1, pos2, pos 3 dan pos 4 yang berada diatas Ranu Kumbolo. Diantara pos-pos tersebut kamu juga akan menemukan dua “welcome area” berupa papan informasi. Diantaranya welcome area Landengan Dowo (antara Ranu Pane dan Pos 1) dan Watu Rejeng (antara Pos 2 dan Pos 3). Papan informasi itu berisi letak, ketinggian, dan jarak tempuh pendakian. Ranu Kombolo adalah camp hari pertama.

kumbolo 

Foto kedua diatas adalah foto tanjakan cinta yang melegenda bagi para pendaki yang mempercayainya. Konon jika kamu melewati tanjakan cinta tanpa berhenti dan tanpa menoleh kebelakang sambil memikirkan orang yang kamu cintai. Cinta kamu akan terwujud dan langgeng. Tapi perlu dicatat ini hanya sebuah mitos, percayalah Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya seijin-Nya lah sesuatu bisa terjadi dan terwujud. Biarkan mitos ini hanya menjadi cerita
puncak semeru 

Hari kedua. Tujuan perjalanan adalah Kalimati. Pos Kalimati berada diketinggian 2.700 Mdpl. Camp Kalimati adalah camp dihari kedua dan menjadi camp terakhir sebelum melanjutkan summit ke puncak Mahameru. Disini terdapat sumber mata air yang segar dan jernih. Namanya sumber mani. Untuk mengambil air ini kamu harus melalui celah dan jalan menurun yang curam yang berada disebelah barat shelter. Kurang lebih dibutuhkan waktu empat puluh menit perjalanan pulang pergi dari shelter Kalimati. Harap berhati-hati ajak rekan yang pernah mengambil air disumber mata air ini.
 Untuk mencapai Kalimati dari Ranu Kumbolo kamu akan melalui beberapa tempat. yaitu, Oro-oro ombo, Cemoro Kandang, dan Jambangan. Estimasi waktu perjalanan tiga jam dengan jarak tempuh 7.5 Km dari Ranu Kumbolo.
Oro-oro ombo adalah padang rumput yang memiliki luas kurang lebih 100 ha. Sedangkan Cemoro Kandang adalah hutan yang didominasi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan. Dan Jambangan adalah padang rumput yang ditumbuhi oleh edelweiss, cantigi dan cemara. Dari Jambangan ini puncak Mahameru akan mulai terlihat jelas disaat cuaca cerah tanpa kabut.

jambangan semeru 

Hari ketiga, tujuan perjalanan adalah puncak Mahameru yang berada di ketinggian 3.676 Mdpl. perjalanan ke puncak dimulai saat dini hari sekitar pukul satu, selain untuk mengejar sunrise, pendakian puncak saat dini hari dilakukan untuk mengejar waktu. Perlu diketahui saat pukul sembilan pagi kamu sudah harus turun dari puncak Mahameru karena dikhawatirkan akan adanya perubahan arah angin yang akan membawa gas beracun dari kawah aktiv yang mengarah kearah jalur pendakian. sudah seharusnya saya dan kamu mengikuti pakem ini. karena cuaca, perubahan alam terkadang tidak dapat diprediksi.
Perjalanan dihari ketiga ini adalah perjalanan terberat jika dibandingkan dengan hari pertama dan kedua. karena medan yang akan dilalui cukup sulit. Selain menanjak medan yang akan ditempuh berupa pasir dengan batuan-batuan yang mudah longsor dengan tingkat kemiringan jalur yang cukup tajam. Dibutuhkan semangat dan fisik (kesehatan) yang prima agar bisa sampai di puncak Mahameru, tanah tertinggi di pulau Jawa.

puncak semeru 2 

Jarak Kalimati ke puncak Mahameru 2.7 Km, waktu tempuh bervariasi antara empat hingga tujuh jam perjalanan berjalan kaki. Waktu tempuh ini sangat tergantung terhadap kondisi dan kemampuan fisik seseorang. Ada yang lebih lambat, ada juga yang mungkin lebih cepat karna fisik seseorang tidak sama.
Setelah berjalan kaki sejauh 1.2 Km, diketinggian 2.900 Mdpl kamu akan sampai di Pos Arcopodo, Pos terakhir sebelum puncak. Disini tidak terdapat bagunan seperti halnya di Pos 1, 2,3 dan 4. di Pos Arcopodo kamu hanya menemukan tulisan informasi saja. Di Pos ini terdapat tanah datar yang tidak begitu luas dan biasanya beberapa pendaki menjadikanya camp alternative terakhir sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak


puncak semeru 4 

Pendaki yang menjadikan Pos Arcopodo sebagai camp terakhir tentunya memiliki beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah waktu, dan jarak tempuh. Untuk sampai puncak Mahameru, jarak dari Pos Arcopodo ke puncak hanya 1.5 Km, lebih dekat jika dibandingkan dari camp Kalimati ke puncak yang berjarak 2.7 Km. Jadi jika kamu memilih camp Arcopodo, kamu tidak perlu berangkat dini hari.
Namun ada beberapa pertimbangan yang menjadi catatan jika kamu menjadikan Pos Arcopodo sebagai camp terakhir sebelum puncak, yaitu air. Karena di Pos Arcopodo ini tidak terdapat sumber mata air. Ini berarti mengharuskan kamu membawa persediaan air lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan minum dan memasak, dan pastinya akan menambah beban barang bawaan yang cukup 


 menguras tenaga
.arcopodo 3


Dalam tulisan ini, saya merekomendasikan Camp di Pos Kalimati sebagai pilihan sebelum melanjutkan pendakian ke puncak Mahameru.
Dari pos Arcopodo kamu bisa lanjutkan pendakian kearah puncak (utara) mengikuti jalur yang sudah ada. Setelah berjalan beberapa ratus meter kamu akan sampai di Kelik. Kelik adalah lokasi yang menjadi batas akhir vegetasi antara hutan dan pasir puncak Semeru.
Dari Kelik inilah yang dimaksut oleh saya medan terberat yang akan dilalui selama pendakian ke puncak Mahameru. Selain kemiringan medan, suhu yang dingin akan menjadi cobaan selama perjalanan. cobaan ini akan menjadi hambatan jika kamu tidak mempersiapkanya. Sebaiknya gunakanlah sepatu saat melakukan pendakian. Sepatu selain melindungi kaki juga akan memberikan kenyamanan. Kaki adalah organ yang vital saat kamu melakukan pendakian, karena dengan kaki kamu berjalan. Bayangkan jika kaki kamu mengalami cedera saat diperjalanan. Jadi sudah sepantasnya dan seharusnya kamu melindungi kaki dengan sepatu untuk meminimalisir kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi. Gunakanlah gaither sebagai pelengkap agar pasir tidak masuk kedalam sepatu saat perjalanan ke puncak demi kenyamanan. Kamu juga bisa menggunakan Trecking pole atau tongkat. sebagai alat bantu saat berjalan menapaki medan berpasir gunung Semeru yang mudah bergerak saat di injak.
Setelah dua jam perjalanan dari batas vegetasi Kelik. Kamu akan sampai di puncak Mahameru. Puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa.


puncak semeru 7 

Sinar Matahari sedikit demi sedikit muncul memberikan kehangatan dipagi hari. Lautan awan membentang luas seolah tanpa batas, desiran angin dan gemuruh letusan gunung berpadu menjadi musik alami yang begitu indah. Rasa haru dan puas melebur menjadi satu ikatan emotional yang menghasilkan air mata kebahagian.
Inilah Alam, Alam ciptaan-Nya yang merupakan bukti kekuasaan-Nya. Inilah Alam, Alam yang mengajarkan kita arti tentang perjuangan, Alam yang memberikan pelajaran tentang makna sebuah pengorbanan dan kesabaran, dan Alam juga lah yang merontokan semua kesombongan dalam jiwa. begitulah seharusnya, dan begitu semestinya


puncak semeru 8 

Setelah cukup menikmati kopi hangat, makanan ringan dan mengabadikan moment panorama keindahan alam gunung Semeru, tujuan perjalanan berikutnya adalah kembali ke camp Kalimati.
Ikutilah trek, jalur ditengah yang sudah ada. Jangan terlalu ke barat atau ke timur. Tanah yang kamu injak mudah bergerak dan amblas, jika tidak hati-hati ini bisa membahayakan. Jangan takabur, sombong atau menganggap remeh trek perjalanan pulang hanya sebab merasa sudah hafal jalur atau karna sering sowan ke puncak. Karena biasanya kasus kejadian orang hilang di Gunung Semeru terjadi saat perjalanan turun, bukan saat perjalanan ke puncak.


kumbolo 9 

Kasus kejadian orang hilang terakhir di gunung Semeru terjadi kira-kira satu tahun yang lalu, tepatnya tanggal 30, Oktober 2012 setelah Upacara Sumpah Pemuda. Kebetulan saya saat itu berada dilokasi kejadian dan sempat mengikuti Upacara bersama di Ranu Kumbolo, saya tidak saling mengenal. saya baru mengenal nama begitu mendengar informasi adanya laporan orang hilang yang masuk ke petugas TNBTS di Ranu Pane. Firas, alhamdulilah setelah empat hari dinyatakan hilang korban berhasil ditemukan dalam keadaan selamat oleh Tim Sar Gabungan. semoga kejadian ini menjadi pelajaran untuk kita semua, khususnya saya pribadi. Dan semoga kasus Firas tahun lalu menjadi kasus terakhir yang terjadi di gunung Semeru.
Perjalanan turun dari puncak ke Kalimati biasanya akan lebih cepat. Karena, medan yang dilalui tidak seberat saat melakukan pendakian ke puncak. 90 % medan yang dilalui menurun. Namun begitu tetaplah berhati-hati saat diperjalanan. Beristirahatlah jika mengalami kelelahan. Sebab kelelahan dapat mengurangi konsentrasi. estimasi waktu perjalanan dari puncak ke camp Kalimati kurang lebih dua hingga tiga setengah jam perjalanan. sesampainya di camp Kalimati kamu bisa sarapan dan beristirahat yang cukup untuk memulihkan setamina.
Dihari ketiga ini kamu mepunyai dua pilihan. Pertama melanjutkan istirahat hingga esok hari dengan konsekuensi, besok dihari keempat perjalanan kembali ke pos pendakian Ranu Pane langsung ditrek dalam satu hari selama tujuh sampai delapan jam perjalanan. atau pilihan kedua setelah sarapan dan istirahat cukup, kamu langsung packing dan melanjutkan perjalanan ke camp Ranu Kumbolo untuk beristirahat dan dihari keempat perjalanan baru dilanjutkan kembali menuju pos pendakian Ranu Pane. Kamu bisa mendiskusikan pilihan ini bersama rekan-rekan perjalanan kamu, bagimana situasi dan kondisi baiknya.
Hari keemapat, tujuan perjalanan adalah kembali ke pos pendakian Ranu Pane. Nikmatilah perjalanan pulang, tidak usah terburu-buru karena biasanya beberapa pendaki berlari saat perjalanan pulang (turun). Berlalari saat medan menurun meningkatkan resiko cedera kaki. missal, terkilir atau keseleo. Sebelum turun kembali ke pos pendakian kamu diwajibkan membawa semua bekas sampah kamu selama pendakian. Sampah tidak boleh ditinggal. Ini adalah peraturan yang harus kamu patuhi jika kamu tidak ingin mendapatkan sangsi dari petugas. Aturan sampah ini berlaku bagi siapa saja yang memasuki taman nasional atau tempat konservasi lainya.
Menjaga kelestarian alam bukanlah tanggung jawab petugas (pengelola) atau kelompok pecinta alam saja. Menjaga kelestarian alam menjadi tanggung jawab bersama (pengunjung). Salinglah mengingatkan agar alam tetap indah dan terjaga. Dengan menjaga alam berarti kamu menjaga keseimbangan. Jika alam terjaga keseimbanganya, bencana alam dan kerusakan bisa dihindari. saya teringat dengan kata bijak berbahasa Ingris “TAKE NOTHING BUT PICTURES, LEAVE NOTHING BUT FOOTPRINT, KILL NOTHING BUT TIME” semoga kata bijak ini bisa selalu saya dan kamu ingat.
Sesampai di pos pendakian Ranu Pane kamu diwajibkan melapor kepada petugas yang berjaga. Setelah itu kamu bisa beristirahat, berjalan – jalan disekitat Ranu Pane atau Ranu Regulo, atau langsung melanjutkan perjalanan ke kota asal. Selamat berkumpul kembali bersama keluarga, saudara dan rekan, Semoga selamat sampai tujuan.